Partus Prematurus: Ciri Gejala, Penyebab, Cara Mencegah, dan Mengobatinya

4 weeks ago 15

Bayi prematur lahir ketika usia kehamilan belum cukup bulan, biasanya sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu. Nah, pernahkah Bunda mendengar istilah Partus Prematurus Imminens (PPI)? Yuk kenali ciri, gejala, penyebab, cara mencegah, serta mengobatinya.

Partus Prematurus Imminens (PPI) dapat mengancam ibu hamil di mana saja. Pada kondisi ini, bayi Bunda terancam lahir prematur.

Partus Prematurus Imminens (PPI)

Seperti diketahui bayi prematur merupakan bayi yang lahir terlalu dini, atau sekitar tiga minggu sebelum tanggal perkiraan lahir. Kehamilan cukup bulan (perkembangan janin) berlangsung sekitar 40 minggu. Kelahiran prematur terjadi saat bayi lahir pada usia 37 minggu atau lebih awal.

Kelahiran prematur atau awal dapat menimbulkan risiko kesehatan serius bagi bayi yang baru lahir. Itu karena banyak organ seperti otak, paru-paru, dan hati masih tumbuh dan berkembang di minggu-minggu terakhir kehamilan. 

Bayi prematur mungkin mengalami kesulitan untuk menyusu atau menyesuaikan suhu tubuh dengan suhu ruang, sehingga berisiko mengalami keterlambatan perkembangan di kemudian hari.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2018, prevalensi angka kelahiran prematur di Indonesia tahun 2018 sebanyak 29,5 persen per 1.000 kelahiran hidup. Indonesia berada pada posisi ke-5 tertinggi di dunia untuk persalinan prematur, yaitu sekitar 657.700 kasus.

Bagaimana dengan PPI? Partus Prematurus Imminens (PPI) adalah kondisi ketika mengalami tanda kelahiran sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu. Karena itu, PPI dikenal sebagai ancaman kelahiran prematur.

Jika PPI dibiarkan maka bisa berujung persalinan prematur (Partus Prematurus). Untuk itu, diperlukan intervensi segera untuk mencegah persalinan sebelum waktunya.

Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), PPI terjadi ketika terjadi kontraksi rahim yang teratur sebelum janin berkembang sempurna. 

Ciri-ciri gejala Partus Prematurus Imminens (PPI)

Setiap ibu hamil mengalami gejala PPI yang bervariasi. Tapi, Bunda perlu memperhatikan ciri utama PPI yakni kontraksi rahim atau uterus saat kehamilan berusia 20-37 minggu. 

Namun, kontraksi PPI ini berbeda dari kontraksi palsu atau Braxton-Hicks. Kontraksi karena PPI bisa terjadi setiap 5–8 menit atau lebih sering.

Selain kontraksi, Bunda juga perlu memperhatikan beberapa tanda PPI yang meliputi:

  1. Perubahan pada cairan vagina, termasuk keluarnya lendir berdarah atau pecahnya air ketuban.
  2. Perdarahan ringan atau bercak darah dari vagina.
  3. Serviks melembut atau memendek.
  4. Serviks melebar dengan cepat

Penelitian dari The Journal of Obstetrics and Gynecology menyatakan bahwa deteksi dini tanda-tanda PPI sangat penting untuk mencegah persalinan prematur dan komplikasi yang menyertainya. Apabila Bunda mengalami salah satu gejala, segera berkonsultasi dengan dokter.

Penyebab Partus Prematurus Imminens (PPI) pada kehamilan

Penyebab kelahiran bayi prematur hingga kini belum diketahui dengan pasti. Bahkan, beberapa persalinan prematur terjadi secara tiba-tiba tanpa didahului PPI.

Berikut beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko ibu hamil mengalami persalinan prematur:

1. Riwayat kehamilan sebelumnya 

Riwayat kehamilan yang tidak normal dapat terjadi ketika terjadi masalah pada plasenta, seperti placenta previa atau abruptio plasenta. Bunda dan bayi yang terinfeksi dapat memicu terjadinya partus prematur. Ini karena infeksi dapat memicu terjadinya kontraksi rahim yang terlalu awal.

2. Preeklamsia

Preeklamsia adalah tekanan darah tinggi yang terjadi selama kehamilan. Kondisi tersebut dapat memicu partus prematur karena dapat mengganggu aliran darah ke bayi.

3. Masalah kesehatan

Masalah kesehatan pada Bunda seperti diabetes atau tekanan darah tinggi juga dapat menyebabkan partus prematur. 

Ibu hamil yang mengalami diabetes atau tekanan darah tinggi harus selalu memantau kesehatannya dan mengikuti saran dari dokter agar kehamilan berjalan lancar.

4. Kehamilan ganda

Ibu hamil yang mengandung lebih dari satu janin berisiko lebih tinggi mengalami PPI karena peningkatan tekanan pada rahim.

5. Gaya hidup

Gaya hidup Bunda seperti merokok, menggunakan narkoba atau alkohol selama kehamilan, atau stres dapat meningkatkan risiko persalinan prematur.

Dampak Partus Prematurus Imminens (PPI) pada ibu dan janin

Partus Prematurus Imminens tidak hanya mempengaruhi ibu hamil tapi juga dapat berdampak besar pada janin yang belum berkembang sempurna

Pada ibu, PPI dapat meningkatkan risiko perdarahan. PPI dapat menyebabkan robekan pada plasenta yang memicu perdarahan berlebihan. Selain itu, PPI dapat meningkatkan stres dan kecemasan pada ibu. 

Sedangkan pada janin yang belum berkembang sempurna, PPI dapat berdampak komplikasi pernapasan. Janin yang lahir prematur berisiko mengalami sindrom gangguan pernapasan (RDS) karena paru-paru yang belum matang.

Janin juga berisiko mengalami masalah neurologis. Kelahiran prematur dapat meningkatkan risiko gangguan pada sistem saraf pusat. Kondisi tersebut dapat menyebabkan masalah perkembangan jangka panjang seperti cerebral palsy atau keterlambatan kognitif.

Bayi yang lahir prematur berisiko mengalami enterokolitis nekrotikans (NEC), yaitu gangguan serius pada usus. Menurut studi yang dipublikasikan di The Lancet, bayi prematur berisiko tinggi mengalami gangguan perkembangan fisik dan mental, terutama jika lahir sebelum usia kehamilan 32 minggu. Untuk itu, upaya pencegahan PPI menjadi kunci untuk mengurangi risiko.

Cara mengatasi Partus Prematurus Imminens (PPI)

Penanganan cepat dan tepat dalam PPI dapat mengurangi risiko persalinan prematur. Ada berbagai cara untuk mengatasi PPI, antara lain:

  1. Pemberian obat tokolitik. Obat tokolitik digunakan untuk menunda kontraksi rahim dan memberikan lebih banyak waktu untuk perkembangan janin. Obat-obatan ini diberikan dalam 48 jam.
  2. Steroid prenatal. Dokter kemungkinan akan memberikan steroid prenatal kepada ibu jika kelahiran prematur tidak dapat dicegah. Tujuan pemberian steroid adalah membantu mempercepat perkembangan paru-paru janin. Steroid prenatal dalam penelitian yang diterbitkan di New England Journal of Medicine disebut terbukti efektif mengurangi risiko sindrom gangguan pernapasan pada bayi prematur.

  3. Bed rest. Ibu hamil yang didiagnosis dengan PPI kemungkinan disarankan bed rest untuk mengurangi tekanan pada rahim dan mencegah kontraksi lebih lanjut.

Partus prematurus imminens sebenarnya berupa tanda-tanda ibu hamil terancam persalinan prematur. Dan kelahiran prematur merupakan masalah dengan prevalensi yang tinggi di dunia dan merupakan masalah kesehatan yang serius.

Namun, persalinan prematur masih bisa dicegah. Ini menjadi tantangan bagi para dokter, khususnya dokter spesialis kandungan dan kebidanan untuk mengetahui penyebab dan pencegahan persalinan prematur. 

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(rap/rap)

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online