Ikut Tren Pakai Skincare Anti Aging, Bocah 13 Th Nyaris Alami Kebutaan

9 hours ago 5

Jakarta -

Tren perawatan kulit atau skincare saat ini tidak hanya diminati oleh orang dewasa, tetapi juga oleh para remaja bahkan anak-anak, Bunda. Maraknya konten di media sosial membuat banyak anak di bawah umur ikut menggunakan produk yang tidak sesuai dengan keadaan kulitnya.

Salah satu tren yang saat ini ramai diikuti adalah penggunaan produk anti-aging, yang sejatinya dirancang untuk kulit dewasa dengan masalah penuaan dini. Namun, tren ini nyaris berujung petaka bagi seorang anak perempuan berusia 13 tahun.

Seorang gadis bernama Amelia Grogery termakan tren di media sosial dengan mencoba skincare yang mengandung retinol demi awet muda. Sayangnya, hal ini justru membuatnya mereka harus dibawa ke rumah sakit dan nyaris alami kebutaan.

Amelia 'meracik' produk dengan retinol

Dikutip dari laman Daily Mail, selama empat hari lamanya, Amelia terbaring di rumah sakit dan harus selalu menggunakan obat tetes. Sementara itu, para dokter berjuang untuk mengobati infeksi kulit yang telah menyebar ke mata kirinya untuk menghentikan kebutaan.

Amelia telah memutuskan untuk mencoba perawatan kulit yang ia lihat melalui seorang influencer remaja di platform TikTok.

Setelah menyaksikan salah satu video, Amelia mencoba membuat racikan produk untuk kulitnya dengan keyakinan bahwa produk tersebut akan memiliki efek anti penuaan dan membuat kulitnya 'bercahaya'. Namun, beberapa produk mengandung retinol, yakni suatu vitamin A yang sering digunakan untuk mengurangi kerutan.

Meskipun bahan ini meningkatkan produksi sel kulit, bila digunakan secara berlebihan dan pada kulit yang lebih muda serta sensitif, bahan ini bisa menyebabkan rasa terbakar, kemerahan, dan mengelupas.

"Amelia berlari ke bawah dengan wajah merah dan berteriak kesakitan," ungkap sang Bunda, Claire, yang juga merupakan seorang praktisi kesehatan.

"Dia memiliki kulit yang mengelupas di wajahnya dan bercak merah yang marah. Saya bertanya dengan panik apa yang telah ia lakukan dan ia menangis tersedu-sedu," lanjutnya. 

Melalui air matanya, Amelia menjelaskan bahwa dia telah mengikuti instruksi dari seorang influencer perawatan kulit muda, yang memberi tahu para pengikutnya cara membuat 'masker' menggunakan krim retinol, produk retinol lainnya, dan produk asam yang sering digunakan oleh wanita yang lebih tua untuk mencerahkan atau mengelupaskan kulit.

"Seluruh wajahnya merah. Apapun yang ia pakai pasti telah membakar kulitnya begitu parah sehingga ia memiliki bekas luka dan kulitnya mengelupas. Saya tercengang," tutur Claire.

Hampir mengalami kebutaan

Claire kemudian membawa sang putri ke dokter umum yang mengatakan bahwa kulit Amelia akan sembuh karena itu hanya disebabkan oleh produk perawatan kulit dari sebuah toko. Namun, seiring berjalannya waktu, kulit Amelia semakin perih dan mata kirinya semakin merah serta bengkak.

Claire pun membawa Amelia ke seorang apoteker. Hanya dengan melihatnya sekali, apoteker itu menyarankan Claire untuk membawa sang putri ke rumah sakit.

Amelia segera dirawat karena dalam hitungan hari mengalami infeksi bakteri pada jaringan di bawah kulit, atau suatu kondisi yang disebut dengan selulitis dan infeksi ini telah menyebar ke matanya.

"Kulit terkelupas dan terbuka itu telah terinfeksi dan infeksinya menyebar ke matanya, dan pada satu tutuk tampak seperti akan menyebar ke mata kanannya juga," ujar Claire.

"Dokter memberi tahu saya bahwa infeksi bisa menyebabkan dia kehilangan penglihatannya. Saya sangat ketakutan dan tidak bisa mempercayai semua ini karena perawatan kulit," sambungnya.

Kata ahli tentang penggunaan skincare pada anak

skincare anakIlustrasi skincare anak/Foto: Getty Images/PeopleImages

Nyatanya, Amelia bukanlah satu-satunya, Bunda. Para ahli melaporkan adanya peningkatan dalam kasus serupa karena anak-anak semakin banyak menyaksikan tutorial segala hal mulai dari cara eksfoliasi kulit, menjaga kelembapan, hingga membuat masker wajah sendiri.

Dokter mengatakan mereka melihat lebih banyak kasus seperti Amelia terutama pada generasi Alpha, yakni mereka yang lahir sejak tahun 2010. Mereka mewakili pasar yang berkembang untuk produk perawatan kulit dan kecantikan, tumbuh di dunia media digital serta telah menjadi pengikut setia influencer.

Penelope Disick berusia 11 tahun dan North West berusia 10 tahun yang merupakan anggota keluarga Kardashian, memiliki jutaan pengikut untuk video TikTok kecantikan dan perawatan kulit mereka.

Tidak hanya itu, ada pula si kembar Haven dan Koti berusia tujuh tahun dari Oklahoma yang memiliki 4,8 juta pengikut di TikTok. Mereka kerap membagikan video 'Get Ready with Us', dan  memperlihatkan berbelanja perawatan kulit terbaru mereka.

Namun, tren ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan para ahli seperti salah satu konsultan dokter kulit British Skin Foundation, Dr. Derrick Phillips.

"Influencer berbagi tips dan rekomendasi produk ketika mereka mungkin tidak memiliki semua informasi dan apa yang berhasil untuk satu orang mungkin tidak berhasil untuk orang lain," ungkapnya.

Mencampur produk perawatan kulit seperti retinol, peeling, dan asam secara bersamaan seperti yang dilakukan oleh Amelia sangat berisiko.

"Jika digabungkan, ini pada dasarnya dapat menyebabkan luka bakar kimiawi ringan dan menghasilkan kulit kering, berpigmen merah atau gelap, teriritasi, dan sensitif," tutur Dr. Phillips.

"Menggunakan bahan-bahan ini tanpa memahami interaksi dan konsentrasinya juga bisa memperburuk masalah kulit yang ada, atau menciptakan masalah baru seperti dermatitis perioral (ruam merah di sekitar mulut), yang sedang meningkat dan dapat diakibatkan oleh melemahnya penghalang kulit sebagai akibat dari produk yang tidak tepat," tambahnya.

Lebih lanjut, ia mengatakan anak-anak tidak boleh menggunakan retinol karena terlalu kuat untuk mengembangkan kulit. Bahkan orang dewasa yang menggunakannya pun harus berhati-hati.

Seorang dokter estetika dan ahli bedah yang menjalankan klinik Dr Glyn Medispa di London dan Chester, Inggris, Dr Glyn Estebanez menambahkan mengikuti tren di media sosial akan sangat berbahaya karena berbagai alasan.

"Pertama, siapa pun dapat memberikan saran tentang platform ini dan menyebut diri mereka ahli. Meskipun mereka memenuhi syarat, kulit setiap orang berbeda sehingga saran yang mungkin berhasil untuk kulit seseorang adalah unik dan mungkin tidak efektif untuk kulit orang lain. Bahkan bisa membahayakan," ujarnya.

"Anak-anak umumnya memiliki kulit yang lebih tipis dan lebih sensitif dibandingkan orang dewasa. Ini juga lebih rentan terhadap iritasi dari bahan kimia dan iritan. Saya akan menyarankan orang tua dan pengasuh untuk menjauhkan remaja mereka dari mengikuti saran perawatan kulit di media sosial dan juga untuk mengingat bahwa, secara umum, kulit remaja tidak membutuhkan bahan kimia abrasif yang kuat, karena sebagian besar kulit remaja tidak membutuhkan perbaikan, dari kerusakan lingkungan atau penuaan," lanjut dr. Medispa.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(mua/fir)

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online