Jakarta -
Ibu hamil harus waspada depresi selama kehamilan dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular lho. Kok bisa? simak penjelasan berikut ya.
Kardiovaskular adalah penyakit yang disebabkan adanya gangguan pada jantung dan pembuluh darah. Contoh penyakit kardiovaskular yang umum terjadi serangan jantung, aritmia, gagal jantung, hingga stroke.
Mengutip laman Healio, pada penelitian European Heart Journal menemukan gejala depresi selama kehamilan dapat mengindikasikan peningkatan risiko kardiovaskular pada perempuan. Terutama hipertensi, penyakit jantung iskemik, dan gagal jantung.
"Kelompok penelitian kami telah menemukan bahwa depresi perinatal terkait dengan peningkatan risiko beberapa masalah kesehatan lainnya, termasuk gangguan pramenstruasi, gangguan autoimun dan perilaku bunuh diri, serta kematian dini," kata Donghao Lu, MD, PhD, asisten profesor di the unit epidemiologi integratif di Institute of Environmental Medicine.
Menurut penelitian Journal of American Heart Association dikutip dari laman Stroke, Bunda yang mengalami depresi selama kehamilan lebih mungkin terdiagnosis penyakit kardiovaskular dalam waktu dua tahun setelah melahirkan dibandingkan mereka yang tidak mengalami depresi.
"Kita perlu menggunakan kehamilan sebagai jendela menuju kesehatan di masa depan,” kata Dr. Christina M. Ackerman Banks asisten profesor kebidanan dan ginekologi-kedokteran janin ibu di Baylor College of Medicine dan Texas Children's Hospital di Houston.
Banks mengatakan komplikasi selama kehamilan, termasuk depresi prenatal berdampak pada kesehatan kardiovaskular jangka panjang. Oleh karena itu, ibu hamil yang mengalami depresi disarankan melakukan konseling untuk mencegah risiko penyakit kardiovaskular.
"Periode pasca persalinan memberikan kesempatan untuk memberikan konseling dan menyaring orang-orang terhadap penyakit kardiovaskular guna mencegah hal-hal tersebut," kata Banks.
Bagi Bunda yang didiagnosis menderita depresi selama kehamilan, meningkatkan penyakit kardiovaskular seperti;
1. Risiko penyakit jantung iskemik 83 persen lebih tinggi, suatu kondisi yang disebabkan oleh penyempitan arteri jantung.
2. Risiko kardiomiopati 61 persen lebih tinggi.
3. Risiko aritmia atau henti jantung 60 persen lebih tinggi.
4. Risiko 32 persen lebih tinggi untuk diagnosis tekanan darah tinggi baru.
5. Risiko stroke 27 persen lebih tinggi.
Studi tersebut menunjukkan bahwa persentase keseluruhan perempuan yang mengalami salah satu kondisi ini tergolong rendah. Meski begitu, penyakit kardiovaskular adalah penyebab utama kematian terkait kehamilan di Amerika Serikat dan negara-negara berpenghasilan tinggi lainnya.
Penyebab depresi saat hamil
Emma Brann, PhD, peneliti pascadoktoral di unit epidemiologi integratif di Institute of Environmental Medicine di Karolinska Institutet mengatakan ada kemunginan faktor genetik atau keluarga yang ikut terlibat seseorang mengalami depresi.
"Mungkin juga ada faktor lain yang terlibat, seperti halnya hubungan antara bentuk depresi lain dan penyakit kardiovaskular. Hal ini termasuk perubahan pada sistem kekebalan tubuh, stres oksidatif, dan perubahan gaya hidup yang menyebabkan depresi berat," kata Emma Brann.
Cara mengatasi depresi ibu hamil
Menurut Banks, peradangan kronis dan peningkatan hormon yang berhubungan dengan stres juga dapat berkontribusi pada tingginya tingkat penyakit kardiovaskular pasca kehamilan.
Banks merekomendasikan bagi ibu hamil yang didiagnosis dengan depresi prenatal untuk menyadari dampaknya terhadap kesehatan kardiovaskular jangka panjang mereka.
"Mereka harus mengambil langkah-langkah untuk menyaring faktor risiko lain dan berkonsultasi dengan dokter untuk perawatan dan pencegahan risiko penyakit kardiovaskular," ucap Bank.
Bank juga menyarankan ibu hamil untuk melakukan diskrining kemungkinan penyakit lain. Lebih dari itu, Ibu hamil wajib menjalankan pola hidup sehat, seperti olaharaga, makan sehat serta olahraga.
"Mereka juga harus diskrining untuk diabetes tipe 2 dan kolesterol tinggi, serta menerapkan pola olahraga, pola makan sehat, dan berhenti merokok," tuturnya.
Selain itu, Amani Meaidi, MD, PhD, dari pengawasan kanker dan farmakoepidemiologi di Institut Kanker Denmark di Kopenhagen, Denmark, membahas pentingnya pengobatan gejala depresi selama periode perinatal.
"Pengobatan oral pertama untuk depresi pasca persalinan, sehingga pengobatan menjadi lebih mudah diakses oleh jutaan wanita yang menderita kondisi ini. Terapi depresi perinatal yang tepat juga dapat mengurangi peningkatan risiko morbiditas kardiovaskular," tutur Amani Meaidi.
Semoga informasinya bermanfaat ya Bunda.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(pri/pri)