Jakarta -
Mengompol adalah hal biasa dan sering terjadi pada anak-anak, Bunda. Namun, sampai usia berapa kondisi mengompol masih disebut wajar?
Dikutip dari laman The Royal Children's Hospital Melbourne, mengompol juga bisa disebut sebagai enuresis nokturnal yang sangat umum terjadi. Hampir sepertiga anak berusia empat tahun masih mengalami hal ini.
Pada saat anak berusia enam tahun, hanya ada satu dari 10 anak yang mengompol. Sementara itu, pada usia 10 tahun, biasanya satu dari 20 anak masih mengalami kondisi ini, Bunda.
Sebuah penelitian mengungkap bahwa mengompol bisa terjadi tujuh kali lebih tinggi pada anak-anak dengan salah satu orang tua yang memiliki riwayat ini. Selain itu, anak dengan kedua orang tua yang mengompol 11 kali lebih berisiko.
"Jika orang tua khawatir anak mereka sering mengompol setelah usia lima tahun, mereka harus berkonsultasi dengan ahli urologi tentang berbagai intervensi, termasuk perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan asupan cairan dan tidur, dan dalam kebayakan kasus, (berkonsultasi tentang) pengobatan," tutur dokter spesialis urologi dari Rumah Sakit Urologi Pretoria, Dr. Nico Lourens, menilik dari laman Urology Health.
Batasan usia mengompol yang masih normal
Dikutip dari laman Urology Health, usia mengompol pada anak yang masih normal adalah hingga usia lima tahun. Ketika mengompol masih berlanjut setelah usia lima tahun, Si Kecil memerlukan evaluasi medis yang dilakukan oleh dokter urologi yang ahli di bidangnya.
Meski begitu, setiap anak membutuhkan waktu yang berbeda-beda untuk belajar tidak mengompol sepanjang malam, Bunda.
Bagaimana jika melewati batas usia normal anak ngompol?
Bunda perlu membawa anak ke dokter ketika mereka masih mengompol di usia tujuh tahun. Selain itu, segera berkonsultasi juga ke dokter ketika anak mengalami tanda-tanda lain seperti berikut:
- Anak merasa frustrasi karena mengompol
- Anak mengompol atau buang air besar di celananya pada siang hari
- Anak kembali mengompol setelah berhasil kering selama enam bulan
- Bunda telah mencoba berbagai hal yang bisa dilakukan agar anak tidak mengompol
Penyebab anak masih mengompol
Menilik dari laman The Royal Children's Hospital Melbourne, tidak semua penyebab mengompol bisa diketahui. Namun, ada beberapa faktor yang mungkin terjadi, yakni sebagai berikut:
- Kecenderungan genetik dalam keluarga
- Kapasitas kandung kemih yang kecil
- Anak tidur dengan nyenyak
- Ginjal anak terus memproduksi banyak urine di malam hari, di mana biasanya orang mengeluarkan lebih sedikit urine saat tidur
- Anak mengalami sembelit
Tidak hanya itu, dikutip dari laman Texas Children's, mengompol juga bisa disebabkan karena kondisi stresor fisik dan emosional. Selain itu, terganggunya komunikasi antara otak dan kandung kemih juga bisa menjadi penyebabnya.
Pada beberapa kasus yang jarang terjadi, mungkin juga ada masalah medis yang menjadi penyebab anak mengompol. Kondisi ini tidak sering menjadi masalah perilaku dan anak-anak jarang melakukannya untuk mendapatkan perhatian.
Jauh lebih mungkin bahwa mengompol pada anak terjadi karena mereka memiliki sedikit kendali akan hal ini. Tidak hanya itu, anak mungkin juga mengompol secara tidak sengaja pada suatu malam.
Cara mengatasi anak yang masih mengompol
Ilustrasi/Foto: Getty Images/iStockphoto/LeManna
Ada beberapa perawatan yang bisa dilakukan untuk mengatasi anak yang mengompol. Berikut ini deretannya seperti dilansir dari laman The Royal Children's Hospital Melbourne:
1. Buatlah grafik mengompol
Salah satu cara yang bisa Bunda lakukan untuk memantau anak dalam mengatasi mengompol adalah dengan membuat grafik. Bagan ini bisa dibuat sendiri se-kreatif mungkin.
Ketika anak tidak mengompol, mereka bisa menempelkan stiker atau bintang sesuai dengan tanggal yang tertera. Pilihlah stiker yang sesuai dengan minat anak agar mereka lebih termotivasi.
2. Perhatikan cairan yang masuk
Penting bagi anak untuk meminum cairan yang banyak sepanjang hari. Jangan coba-coba untuk membatasi jumlah cairan di malam hari karena ini tidak akan membantu. Hal ini justru bisa menunda prosesnya menjadi kering di malam hari.
Meski begitu, jangan berikan anak minuman yang mengandung kafein di malam hari. Misalnya saja dengan kopi, teh, cokelat panas, minuman ringan berkafein seperti soda, dan sebagainya.
3. Gunakan alarm
Alarm mengompol menjadi salah satu langkah yang efektif dalam mengatasi anak yang mengompol. Penelitian telah menunjukkan bahwa alarm ini bisa membantu sekitar 80 persen anak menjadi kering di malam hari.
Anak-anak yang menggunakan alarm mengompol cenderung tidak kambuh dibandingkan dengan anak-anak yang minum obat. Ketika menggunakan metode ini, Si Kecil butuh keluarga yang suportif dan membantu karena mungkin diperlukan waktu sekitar enam hingga delapan minggu agar terlihat hasilnya.
4. Selalu beri dukungan pada anak
Terlepas dari semua perawatan yang diberikan pada anak, strategi lain yang penting diketahui adalah Bunda harus selalu menyemangati mereka. Menghukum dan mengolok-olok anak karena mengompol hanya akan memperburuk keadaan.
5. Makanan kaya serat
Bunda juga bisa memberikan anak makanan kaya serat untuk memastikan mereka buang air besar dengan teratur dan lembut. Perlu diingat meski ada perubahan, anak mungkin masih mengalami mengompol yang tidak disengaja dengan frekuensi yang berubah-ubah.
Waspadai, anak yang sering ngompol bisa jadi gejala penyakit
Mengompol sekunder adalah salah satu jenis mengompol yang bisa terjadi pada anak. Ini merupakan kondisi di mana anak kembali mengompol di malam hari setelah berhasil tidak mengompol selama minimal enam bulan.
Menilik dari laman WebMD, mengompol sekunder bisa menjadi gejala atau tanda bahwa anak mengalami suatu kondisi medis. Di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Infeksi saluran kemih
Iritasi kandung kemih yang diakibatkan dapat menyebabkan rasa sakit atau iritasi saat buang air kecil. Mereka juga merasa adanya dorongan yang lebih kuat untuk buang air kecil sehingga frekuensinya menjadi lebih sering.
Infeksi saluran kemih pada anak-anak juga bisa diindikasi karena masalah lain. Misalnya saja karena adanya kelainan anatomi.
2. Diabetes
Anak yang mengidap diabetes memiliki kadar gula yang tinggi dalam darahnya. Tubuh membuat lebih banyak urine untuk mencoba membuang gula. Oleh karena itu, sering buang air kecil adalah gejala umum dari diabetes.
3. Sleep apnea
Ketika pernapasan anak terganggu, otak bekerja lebih keras untuk mengambil oksigen daripada fungsi lainnya seperti kontrol kandung kemih. Sleep apnea pada anak sering disebabkan oleh pembesaran amandel dan kelenjar gondok yang menghalangi jalan napasnya.
Pada kondisi ini, menghilangkan amandel dan kelenjar gondok bisa meningkatkan pernapasan serta mengakhiri mengompol.
4. Masalah neurologis
Kelainan pada sistem saraf atau cedera pada sistem saraf juga bisa mengganggu keseimbangan neurologis halus yang mengontrol buang air kecil.
5. Masalah emosional
Setiap anak memiliki kondisi keluarga yang berbeda-beda, Bunda. Tanpa disadari, konflik orang tua terkadang menyebabkan anak mengompol.
Perubahan besar seperti hari pertama sekolah, kelahiran adik, serta pindah ke rumah baru juga bisa menjadi tekanan bagi anak sehingga mereka mengompol. Anak-anak yang mengalami pelecehan fisik maupun seksual pun kerap ditandai dengan kondisi mengompol.
Demikian informasi tentang batas usia normal anak mengompol, Bunda. Semoga bisa memberikan manfaat, ya.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(mua/fir)